BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam dapat terjadi secara tiba
–tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis
gempa seperti gempa bumi ,hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat
kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya.sedangkan beberapa bencana
lainnya seperti banjir,tanah longsor,kekeringan,letusan gunung api,tsunami dan
anomali cuaca masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian
bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian dan
jiwa maupun materi. Kekuatan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan
kesiapan dalam menhadapi ancaman bahaya.
Oleh karena itu perlu cara
penanggulangan sebelum,disaat dan setelah kejadian agar tidak terjadi krugian
yang semakin besar baik korban,harta dan psikologinya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari kawasan rawan bencana
2. Macam – macam kawasan rawan bencana
3. Penyebab kawasan rawan bencana
4. akibat yang ditimbulakan dari bencana
5. upaya penanggulangannya
BAB
II
PEMBAHASAN
Bencana
:Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
(Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007)
Kawasan
rawan bencana:Suatu kawasan atau wilayah yang memiliki ancaman atau gangguan
baik yang disebabkan oleh faktor alam,faktor non alam dan faktor social yang
mana semua itu mengakibatkan korban jiwa,kerusakan lingkungan,kehilangan harta
benda serta dampak psikologis.
B. Macam – Macam Kawasan Rawan Bencana
Seringkali
terjadinya bencana di Indonesia ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang bagaimana karakteristik wilayah yang rawan terjadinya bencana,berikut
ini macam – macam wilayah yang rawan terjadinya bencana juga contoh- contoh
bencana yang ditimbulkannya:
1. Kawasan perbukitan
Daerah
perbukitan memiliki kemiringan lereng yang agak landai dimana daerah
perbukitan ini biasanya bencana yang sering terjadi antara lain :
kebakaran,longsor,gempa,letusan gunung api.
2. kawasan dataran
Secara
periodic bentuk lahan dataran digenangi oleh banjir karena luapaun sungai
didekatnya atau dari akumulasi aliran permukaan bebas maupun hujan
lokal,topografi datar dengan elevasi yang rendah selain itu letaknya juga
dikiri dan kanan sebagai akibat dari luapan air sungai secara periodic maka
sedimen yang terangkut dalam jumlah yang besar diendapkan,akibatnya secara
berangsur bertambah tinggi dan lebar dengan demikian ini dapat menjadi
indicator bahwa daerah sekitar rentan terhap banjir.
3. Kawasan pesisir pantai
Merupakan
kawsana yang terletak dengan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang nak
air laut sehingga daerah ini sangat mudah untuk terjadi genangan air.Wilayah
pesisir/pantai adalah suatu hal yang lebarnya bervariasi, yang mencakup tepi
laut (shore) yang meluas kearah daratan hingga batas pengaruh marin masih
dirasakan .Dan bencana yang lebih dominan terjadi pada daerah ini seperti
tsunami setelah gempa,gelombang pasang/ badai,abrasi air laut,banjir rob.
Berikut ini ada beberapa faktor
penyebab kenapa terjadinya bencana di Indonesia
1. Meningkatnya jumlah penduduk
Dengan
meningkatnya jumlah penduduk maka meningkat juga penggunaan lahan disetiap
wilayah,yang dulunya hutan sekarang dijadikan lahan pemukiman sehigga banyak lahan
resapan air berkurang dan akibatnya sering terjadi banjir didaerah dataran dan
longsor pada daerah lereng.
2. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang bagaimana
karakteristik wilayah yang rawan bencana.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak pembuangan
sampah disungai
4. Banyaknya oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab
dalam upaya pemeliharan kelestarian alam,seperti terjadi penyuapan oleh para
pelaku penyelundupan kayu kepada oknum yang terkait.
1. Korban bencana
Orang
yang mengalami dampak buruk akibat yang ditimbulkan dari bencana, korban
ini diambil data tahun 2009 dari BNPB :orang hilang dan meninggal (2611
jiwa),menderita dan mengungsi(5.552.166 jiwa),
2. Kerusakan
Bencana
yang terjadi tidak hanya menimbulkan dampak korban jiwa,baik yang
meninggal,hilang,menderita dan mengungsi,namun juga menimbulkan kerusakan
rumah,bangunan,dan fasilitas umum lainnya. Jumlah rumah yang rusak ditahun 2009
total kerusakan baik berat maupun ringan adalah sebanyak 576.016 unit salah
satu penyebab utamanya adalah gempa.
3. Meningkatnya kemiskinan
Akibat
yang ditimbulkan dariberbgai macam bencana yang terjadi adalah
meningkatnya tingkat kemiskinan karena banyak dari korban bencana
tersebut yang kehilangan harta benda dan mata pencahariannya seperti
terjadinya letusan gunung merapi di Yogyakarta yang menimbulkan banyak korban
jiwa dan matinya ternak-ternak mereka sebagai mata pencaharian utama masyarakat
disitu.
4. Gangguan psikologis
Dari kejadian
bencana tersebut banyak masyarakat merasa cemas dan trauma yang cukup
mendalam khususnya pada anak-anak dan para ibu-ibu. Karena mereka merasa
cemas karena ketidak tenangan dalam kondisi di lingkungan sekitarnya.
5. Kerusakan ekologi lingkungan
Kerusakan
yang terjadi akibat dari bencana ini berbeda-beda dari setiap bencana
yang terjadi,misalnya saja jika terjadi bencana gempa dan tsunami hal ini dapat
juga mempengaruhi kawasan tempat terjadinya bencana, lahan yang dulunya daerah
pemukiman ditepi pantai berubah menjadi daerah pesisir pantai. Terjadi bencana
longsor maka daerah tersebut bisa menjadi daerah yang tidak produktif
lagi.
Untuk
meminimalisir dampak dari bencana ini dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Memanfaatkan pengetahuan,inovasi dan pendidikan untuk
membangun kesadarn keselamatan diri dan ketahan terhadap bencana pada semua
tingkatan masyarakat.
2. Pada kawasan gunung berapi ada beberapa upaya dan
mitigasi dan pengurangan bencana antara lain:
a. Strategi mitigasi: perencanaan lokasi pemanfaatan
lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau diluar dari kawasan rawan bencana
b. Upaya penguran bencana: sebelum krisis letusan,dapat
dilakukan untuk menghindar atau meminimalkan korban(jiwa dan harta) akibat
letusan gunung apiantara lain dengan mengamati kegiatan setiap saat. Upaya ini
dapat dilakukan dari tempat yang permanen,misalnya pos pengamatan gunung api
c. Saat krisis/letusan : memberangkatkan tim tanggap
darurat kelokasi bencana,dan meningkatkan pengamatan.
d. Setelah krisi/letusan : menurunkan kegiatan gunung
api.
3. Banjir :
a. Tidak membuang sampah semabarangan.
b. Menyiapkan peta daerah yang rawan banjir dilengkapi
dengan plotting rute pengungsian,lokasi pengungsian sementara,lokasi posko dan
lokasi pos pengatan debit banjir/keinggian muka air banjirdisungai penyebab
banjir
4. Tanah longsor:Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara
drainase baik air permukaan maupun air tanah(fungsi drainase adalah untuk
menjauhkan air dari lereng,menghindari air meresap kedalam lereng atau menguras
air dalam lereng ke luar lereng jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai
tersumbat atau meresapkan air kedalam tanah
5. Gempa bumi:
a. Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan gempa
b. Asuransi
c. Pengaturan lahan terhadap daerah yang rawan bencana.
d. Kesigapan mental dengan tidak panic ketika terjadi
gempa
6. Tsunami:
a. Peningkattan pengetahuan masyarakat lokal tentang
pengenalan tanda-tanda tsunami dan cara cara penyelamatan dan cara-cara
penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami
b. Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami
c. Pembuatan banguan shelter tsunami
7. Peran serta masyarakat dalam memelihara dan menjaga
lingkungan,karena dengan menjaga lingkungan berarti mengurangi resiko terhadap
bencana alam.
Contohnya adalah kawasan Indonesia
Indonesia
terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, memiliki lebih dari 128
gunung berapi aktif, dan sekitar 150 sungai, baik besar maupun kecil, yang
melintasui wilayah padat penduduk. Danau toba yang terkenal itupun sebetulnya
sebuah Caldera atau lubang dipermukaan bumi yang diakibatkan oleh gempa
vulkanik. Bila luas danau toba mencapai 100 kilometer persegi, bisa dibayangkan
betapa besar gempa tersebut, yang konon terjadi sekitar 74000 tahun lalu. Coba
kita ingat beberapa catatan bencana alam besar yang pernah di alami negeri
tercinta ini.
·
1815
Gunung
tambora meletus. Jumlah korban saat itu tidak tercatat dengan baik, namun dapat
dipastikan melebihi jumlah korban letusan gunung krakatau.
·
1883
Gunung
krakatau meletus, mengakibatkan tsunami dan menghilangkan lebih dari 36000
jiwa. Letusan ini menjadi catatan sejarah dunia tersendiri karena tsunami yang
diakibatkan mencapai hingga Hawaii dan Amerika Selatan.
·
1930
Gunung
merapi meletus. Mengakibatkan 1300 orang harus kehilangan nyawa
·
1963
Gunung
Agung Meletus. Menewaskan sekitar 1000 jiwa
·
2004
Gempa
dan Tsunami melumatkan aceh dan kawasan sekitarnya serta menewaskan sekitar 170
ribu jiwa, jumlah terbesar yang tercatat dalam sejarah modern bencana alam
indonesia
·
2005
Gempa
di Nias Sumatera tanggal 28 Maret 2005 mengakibatkan sekitar 1000 orang
meninggal
·
2006
Gempa di
Yogyakarta, menewaskan sekitar 5.782 jiwa
·
2007
Gempa
di Bengkulu – Sumatera tanggal 12 september 2007 yang mengakibatkan sekitar 70
penduduk tewas.
Itu
semua belum termasuk bencana banjir, tanah longsor, angin topan dan sebagainya.
Dan yang penting harus tertanam dibenak kita, bencana bukan hanya bencana alam,
bencana dapat terjadi karena faktor alam maupun non alam seperti budaya, agama,
dan tentu saja manusia. Di indonesia, risiko bencana dapat disebabkna oleh
faktor geologis (gempa, tsunami, letusan gunung berapi), Hydrometeorologis
(bnajir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), biologis (wabah penyakit,
penyakit tanaman, penyakit ternak, hama tanaman), kegagalan teknologi
(kecelakaan industri dan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia),
dan faktor sosial politik (konflik horisontal, terorisme, ideologi, religi).
Sekarang
Letusan Gunung Bromo,Probolinggo hampr meletus – Status Terkini Gunung Bromo
sudah ditingkatkan menjadi awas. Untuk mengantisipasi hal tidak yang
diinginkan, Pemerintah Kabupaten Probolinggo dibantu Kepolisian setempat telah
menetapkan 3 Kawasan Rawan Bencana (KRB). KRB 1 berada pada radius 3 km dari
gunung bromo.Saat ini di kawasan tersebut, terdapat 699 orang yang tinggal di
Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo.
KRB
II, lanjutnya, berada di radius 6 Km. 288 orang penduduk dari tiga desa yaitu
Desa Ngadisari, Desa Jetak, dan Desan Wonotoro jug masih mendiami rumah mereka.
Sedangkan
untuk KRB III, berada pada radius 10 Km dari kawah Bromo. Pada radius ini
setidaknya ada 6.344 warga yang berasal dari 6 desa, yaitu Desa Ngadisari, Desa
Ngadas, Desa Jetak, Desa Wonotoro, dan Desan Wonokerto dan Desa Ngadirejo.
Total
warga yang tinggal di lereng Bromo ini lebih kurang ada 19 ribu warga.
Secara
histografi, Indonesia merupakan wilayah langganan gempa bumi dan tsunami. Pasca
meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar di tahun 1883,
setidaknya telah terjadi 17 bencana tsunami besar di Indonesia selama hampir
satu abad (1900-1996).
Bencana
gempa dan tsunami besar yang terakhir terjadi pada akhir 2004 di Aceh dan
sebagian Sumatera Utara. Lebih dari 150.000 orang meninggal dunia. Tapi gempa
bumi terjadi hampir di setiap tahun di Indonesia. Setelah gempa Aceh di akhir
2004, pada 2005 Pulau Nias dan sekitarnya juga dilanda gempa. Sekitar 1000
orang menjadi korban. Akhir Mei 2006 ini, giliran Yogyakarta dan sebagian Jawa
Tengah diporakporandakan gempa bumi.
Berbagai
daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama bencana gempa bumi,
tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah Indonesia dikepung oleh
lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu
lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika
terjadi tumbukan antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti yang
terjadi di Aceh dan Sumatera Utara.
Catatan
dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada 28 wilayah di Indonesia
yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Di antaranya NAD, Sumatra Utara,
Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng dan DIY bagian Selatan, Jatim
bagian Selatan, Bali, NTB dan NTT. Kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku
Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak .Selain dikepung tiga lempeng
tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur The Pasicif Ring of Fire (Cincin
Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin
api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik
dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan
lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Ia membentang
dari mulai pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika
Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia
baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan
jumlah kurang lebih 240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zone
kegempaan dan gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap
gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa
manusia amat banyak.
Untuk
mengetahui kapan gempa bumi akan terjadi merupakan pekerjaan yang sulit. Hal
ini dikarenakan gempa dapat terjadi secara tiba-tiba di manapun asalkan masih
berada dalam zona kegempaan bumi. Maka dari itu yang masih mungkin dilakukan
adalah melakukan sistem peringatan dini (early warning sytem) yang berfungsi
sebagai “alarm” darurat jika sewaktu-waktu datang gempa secara tak terduga.
Implementasi sistem ini bisa diterapkan dengan memasang rangkain seismograph
yang tersambung dengan satelit. National Ocean and Atmospheric Administration
(NOAA) USA misalnya, telah menggunakan sensor bernama DART (Deep Oceaan
Assesment and Reporting) yang mampu mengukur perubahan gelombang laut.
Alat-alat
pendeteksi gempa langsung harus diletakkan pada daerah-daerah rawan gempa
seperti Aceh, Nabire, Alor, Bengukulu, pantai selatan Jawa, dan sejumlah daerah
rawan gempa lainnya. Alat-alat pendeteksi dipasang dipantau setiap hari oleh
petugas teknis yang berada di daerah bersangkutan, yang lalu mengirimkannya ke
pusat untuk diolah dan dianalisis lebih lanjut oleh para pakar yang memang ahli
di bidangnnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kawasan
rawan bencana adalah Suatu kawasan atau wilayah yang memiliki ancaman atau
gangguan baik yang disebabkan oleh faktor alam,faktor non alam dan faktor
social yang mana semua itu mengakibatkan korban jiwa,kerusakan
lingkungan,kehilangan harta benda serta dampak psikologis.Macam-macam kawasan
rawan bencana ada 3 kawasan yaitu kawasan perbukitan,kawasan dataran dan
kawasan pesisir pantai.
Penyebab
kawasan rawan bencana antara lain meningkatnya jumlah penduduk,kurangnya
pemahaman tentang penyebab bencana,kurangnya kesadaran masyarakat tentang
bahaya pembuangan sampah sembarangan. Mitigasi-mitigasi bencana dapat dilakukan
sejak dini supaya bisa meminimalisir kerugian yang di alami akibat dari
bencana. Akibat yang ditimbulkan adalah berupa korban jiwa,kerusakan
lahan,kerugian harta benda,serta dampak psikologis.Contoh kawasan bencana dapat
dilihat di Indonesia.
Daftar Pustaka
https://yandragautama.wordpress.com/2011/12/28/makalah-analisis-rawan-bencana/

Mataram
0 komentar:
Post a Comment