Makalah Keberagaman Masyarakat Indonesia Dalam Bhineka Tunggal Ika

| Saturday, February 9, 2019

BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


Negara Indonesia mempunyai corak budaya yang sangat kaya, bayangkan saja terdapat berbagai macam agama, suku, kebiasaan yang ada di Negara ini. Tak heran jika masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat multikultural (memiliki latar belakang budaya yang beragam) serta rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang tidak boleh diremehkan.
Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
·         Persatuan berasal dari kata satu yang artinya tidak terpecah-belah atau utuh. Jadi arti persatuan yaitu bersatunya bermacam-macam aneka ragam kebudayaan menjadi satu yang utuh dan serasi.
·         Kata Indonesia sendiri mengandung 2 pengertian, dari segi geografis dan segi bangsa.
Dari segi geografis, Negara Indonesia membentang dari 95 derajat – 141 derajat Bujur Timur dan 6 derajat Lintang Utara – 11 derajat Lintang Selatan (Dari sabang – merauke). Indonesia dalam arti luas yaitu seluruh rakyat yang merasa satu nasib dan se-penanggungan yang tinggal di wilayah ini.
Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang tinggal di wilayah Negara Indonesia, didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam negara yang merdeka dan berdaulat.
Pembahasan mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dimulai sejak sekolah menengah pertama (kalau tidak salah), serta di sekolah menengah atas juga masih membahas tentang arti, makna, pengertian, prinsip persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.


Terdapat 3 makna penting di dalam persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, yaitu:
1.      Rasa persatuan dan kesatuan menjalin rasa kebersamaan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lain.
2.      Menjalin rasa kemanusiaan dan sikap saling toleransi serta rasa harmonis untuk hidup berdampingan.
3.       Menjalin rasa persahabatan, kekeluargaan, dan sikap tolong menolong antar sesama, serta sikap nasionalisme.
Didapat kesimpulan bahwa makna dari sebuah persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia yaitu harus saling batu-membahu dalam mempertahankan, mengisi, dan merebut kemerdekaan.
Tahap utama pembinaan persatuan Bangsa Indonesia, yaitu:
1.      Perasaan senasib.
2.      Kebangkitan Nasional
3.      Sumpah Pemuda
4.      Proklamasi Kemerdekaan

B. Prinsip Persatuan Dalam Keberagaman Suku, Agama, Ras Dan Antar Golongan
Prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan dari keberagaman di Indonesia adalah sebagai berikut:


1.      Prinsip Bhineka Tunggal Ika 
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang majemuk. Hal ini mewajibkan kita bersatu sebagai bangsa Indonesia.
           2. Prinsip Nasionalisme Indonesia
Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa kita sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak ingin memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.      Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa.
4.      Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan itu manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional.

5.      Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur.
C. Permasalahan Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia
Kebhinekaan merupakan sebuah hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan bangsa Indonesia yang meliputi kebhinekaan suku bangsa, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Kebhinekaan yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah potensi sekaligus tantangan. Dikatakan sebagai sebuah potensi, karena hal tersebut akan membuat bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan memiliki kekayaan yang melimpah. Kebhinekaan bangsa Indonesia juga merupakan sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan adanya kebhinekaan tersebut mudah membuat penduduk Indonesia berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Keberagaman masyarakat memiliki potensi menimbulkan berbagai masalah dalam masyarakat. Salah satu karakteristik keberagaman adalah adanya perbedaan. Perbedaan yang tidak terselesaikan dapat berkembang menjadi konflik pertentangan di dalam masyarakat. Berbagai perbedaan di lingkungan masyarakat dapat menjadi faktor penyebab masalah yaitu konflik.
Konik berasal dari kata kerja Latin congere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Permasalahan Keberagaman Masyarakat Indonesia
1.      Bentuk Konflik pada Masyarakat Indonesia
Konflik dalam masyarakat dapat digolongkan ke dalam konflik ideologi dan konflik politik. Konflik ideologi terjadi karena perbedaan ideologi dalam masyarakat, salah satu contohnya adalah peristiw G30S/PKI. Sedangkan konflik politik adalah konflik yang terjadi akibat perbedaan kepentingan dalam memperoleh kekuasaan. Salah satunya adalah bentrokan menolak kebijakan pemerintah atau menuntut sesuatu.
Berdasarkan jenisnya konflik dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi konflik antarsuku, antaragama, antarras, dan antar golongan.
a.       Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain. Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat.
b.      Konflik antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan atau agama brbeda. Konflik ini bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
c.       Konflik antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-beda berdasarkan ras.
d.      Konflik antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.

Pertentangan antara dua orang yang berbeda suku belum tentu konflik antarsuku, bisa saja disebabkan oleh faktor  lain seperti masalah pribadi yang tidak berkaitan dengan perbedaan suku. Konflik antarsuku bisa saja berawal dari konflik antarpribadi seseorang A yang berasal dari suku X memiliki masalah pribadi dengan orang lain B yang berasal dari suku Y, karena hutang piutang. Masalah yang bersifat pribadi ini dapat berkembang menjadi antarsuku apabila keduanya kemudian saling menghina asal daerah atau suku masing-masing. Konflik antar pribadi ini akan berkembang lebih lanjut, apabila masing-masing orang ini, meminta bantuan kepada orang lain yang berasal dari suku masing-masing.
Hal ini juga terjadi pada konflik individu dengan kelompok, maupun konflik antarkelompok dengan kelompok yang berkembang menjadi konflik antarras, maupun antargolongan.

No.
Jenis Konflik
Contoh Konflik
Uraian Singkat Konflik
1.
Konflik Antarsuku
Konflik antara suku Dayak dan Madura di Sampit.
Pertikaian yang terjadi antara Madura dan Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak. Situasi seperti itu diperparah kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda, bahkan mungkin berbenturan. Misalnya, adat orang Madura yang membawa parang atau celurit ke mana pun pergi, membuat orang Dayak melihat sang “tamu”-nya selalu siap berkelahi. Sebab, bagi orang Dayak, membawa senjata tajam hanya dilakukan ketika mereka hendak berperang atau berburu.
2.
Konflik Antaragama
Konflik Ambon
Peristiwa kerusuhan di Ambon (Maluku) diawali dengan terjadinya perkelahian antara salah seorang pemuda Kristen asal Ambon yang bernama J.L, yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkot dengan seorang pemuda Islam asal Bugis, NS, penganggur yang sering melakukan pemalakan khususnya terhadap setiap sopir angkot yang melewati jalur Pasar Mardika – Batu Merah.
3.
Konflik Antarras
Politik apartheid
Konflik rasial umumnya terjadi karena salah satu ras merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling sempurna di antara ras lainnya. Konflik rasial misalnya, terjadi di Afrika Selatan yang terkenal dengan politik apartheid. Konflik ini terjadi antara golongan kulit putih yang merupakan kelompok penguasa dan golongan kulit hitam yang merupakan golongan mayoritas yang dikuasai.
4.
Konflik Antargolongan
Konflik internal Partai Golkar
Faksi-faksi di tubuh Golkar banyak dan ego di antara mereka juga kuat dampaknya maka setiap munas mereka tak pernah memiliki figur utama yang kuat. Itu karena, banyak faksi diisi para politisi kawakan dan mereka saling berlomba menguasai basis formal organisasi, sehingga kerapkali Munas tuntas dari segi prosedural tetapi tidak menghadirkan kohesi di antara mereka.

2.      Penyebab Konflik dalam Masyarakat
Konflik dalam masyarakat bukan merupakan proses yang terjadi secara tiba- tiba. Peristiwa ini terjadi melalui proses yang ditandai oleh beberapa gejala, beberapa gejala yang menunjukkan adanya konflik sosial dalam masyarakat antara lain sebagai berikut.
a.       Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.
b.      Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.
c.       Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.
d.      Sanksi terhadap pelanggar atas norma tidak tegas atau lemah.
e.       Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
f.       Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat, tindakan kontroversial, dan pertentangan (konflik)

Sedangkan beberapa gejala dalam masyarakat yang memiliki potensi menjadi penyebab konflik antara lain sebagai berikut.
a.       Gejala menguatnya etnosentrisme dalam masyarakat. Etnosentrisme adalah perasaan kelompok dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan paling hebat sehingga mengukur kelompok lain dengan norma kelompoknya sendiri.  Sikap etnosentrisme tidak hanya dalam kolompok suku, namun juga kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik, pendukung tim sepakbola dan sebagainya.
b.      Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya. Stereotip ini dapat terhadap kelompok agama, suku, ras, maupun golongan, seperti geng sepeda motor, kelompok remaja tertentu, organisasi kemasyarakatan, dan sebagainya. Stereotip mengakibatkan sikap prasangka terhadap suatu kelompok sesuai dengan anggapan negatif tersebut.
c.       Hubungan antar penganut agama yang kurang harmonis. Sikap fanatik yang berlebihan terhadap keyakinan masing-masing, dapat menimbulkan sikap tidak toleran terhadap agama lain. Berpegang teguh pada ajaran agama masing-masing adalah keharusan, namun kita tidak boleh memaksakan suatu keyakinan kepada orang lain. Keberagaman agama dapat menimbulkan perbedaan dalam mengatasi suatu persoalan dalam masyarakat.
d.      Hubungan antara penduduk asli dan penduduk pendatang yang kurang harmonis dapat menimbulkan berbagai masalah dalam masyarakat beragam. Ketidakharmonisan dapat terjadi diawali rasa ketidakadilan dalam bidang ekonomi, politik, ketersinggungan, keterbatasan komunikasi, dan sebagainya.

Beberepa sosiolog menjelaskan penyebab konflik dalam masyarakat antara lain sebagai berikut.
a.       Perbedaan individu, seperti perbedaan pendapat, tujuan, keinginan, pendirian. Sebagai individu orang memiliki sifat dan kepribadian masing-masing. Perbedaan individu ini dapat menyebabkan konflik dalam masyarakat.
b.      Benturan antarkepentingan, seperti kepentingan ekonomi, politik, maupun ideologi. Keterbatasan sumber daya, perebutan tempat usaha, persaingan pekerjaan merupakan contoh faktor ekonomi yang sering menimbulkan konflik dalam masyarakat.
c.       Perubahan sosial yang terjadi secara cepat dan mendadak dapat pula menyebabkan ketidaksiapan masyarakat menerima perubahan.
d.      Perbedaan kebudayaan yang mengakibatkan perasaan kelompoknya (in group) dan bukan kelompoknya (out group). Perbedaan kebudayaan sering kali diikuti dengan etnosentrisme.

No.
Peristiwa Bentrokan
Penyebab Bentrokan
1.
Tragedi Trisakti 1998
Mahasiswa menganggap pemerintah waktu itu telah semena - mena menggunakan kekuasaanya, berujung dengan penembakan mahasiswa. Lebih dikenal dengan tragedi Trisakti
2.
Bentrokan Priok
Polres ingin menggusur makam Mbah Priok, pahlawan daerah tersebut yang dianggap makam kramat.
3.
Demo Kenaikan BBM
Demo besar - besaran untuk menolak kenaikan BBM, membuat pemerintah terpaksa mengurungkan niatnya untuk menaikkan harga.
4.
Suporter Persija dan Persib
Beberapa simpatisan The Jak menghadang dan bahkan melempari bus yang dipakai bobotoh. Viking dan The Jak bagaikan air dan minyak yang tidak bisa akrab, sehingga mereka selalu saling mengejek, menghina, dan bahkan saling serang.
5.
Satpol PP dan Pedagang Kakilima
Bentrok antara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan pedagang kaki lima (PKL) di area Monumen Nasional. Bentrok tersebut dipicu oleh lemparan batu oleh PKL.

3.      Akibat Konflik
Konflik dalam masyarakat memiliki akibat positif dan negatif secara perorangan maupun kelompok. Salah satu akibat positif konflik adalah bertambah kuatnya rasa solidaritas kelompok. Sedangkan akibat negatif konflik antara lain sebagai berikut.
Perpecahan di dalam masyarakat. Kerukunan masyarakat akan terganggu akibat konflik yang terjadi sehingga anggota yang sebelumnya saling bertegur sapa menjadi saling memusuhi.
Kerugian hara benda dan korban manusia. Kerusakan fasilitas umum, dan rumah pribadi merupakan contoh nyata akibat dari suatu konflik, bahkan konflik juga dapat mengakibatkan korban jiwa.
Kehancuran nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Nilai kasih sayang, kekeluargaan, saling menolong, persaudaraan akan memudar atau hilang akibat dari sebuah konflik. Aturan-aturan sosial juga berubah, seperti larangan bertemu dan bekerja sama dengan kelompok lain.
Perubahan kepribadian. Beberapa contoh perubahan kepribadian akibat konflik antara lain misalnya anaka-anak korban konflik yang berubah menjadi pemurung, takut melihat orang lain, dan menjadi pendendam. Orang yang terlibat konflik juga menjadi pemarah, pndendam, dan beringas serta agresif. Permasalahan Keberagaman Masyarakat Indonesia

D. Upaya Pencegahan Konflik Yang Bersifat Sara
Hal –hal yang perlu kita lakukan sebagai upaya mengatasi konflik SARA di Indonesia:
1.      Berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa
Doa pada Tuhan sangat penting dalam kehidupan orang beriman. Melihat dari sila pertama Pancasila saja sudah menyiratkan akan betapa berharganya campur tangan Tuhan dalam hidup manusia. Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik ini, kita harus mengandalkan Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat mengatasi konflik SARA dan mengendalikan diri. Kita harus bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan kita pada suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Seringkali ada orang yang menyalah-nyalahkan Tuhan atas penempatan dirinya di sebuah keluarga dengan suku tertentu yang sangat berbeda dan kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Ini sungguh hal yang tidak masuk akal dan memilukan. Pencipta memiliki kedaulatan penuh atas hidup ciptaan Nya. Kayu tidak tahu kenapa dia harus menjalani proses yang penjang dan menyakitkan untuk dapat berubah wujud menjadi kursi, kursi lebih indah ketika diolah oleh tukang kayu. Satu hal yang harus kita ingat: di manapun kita ditempatkan oleh Tuhan, kita harus selalu bersyukur atas hidup kita dan memuliakan nama Tuhan selamanya.
2.      Mengendalikan emosi
Ketika kita mendengar orang menghina kita atau sesuatu yang berhubungan erat dengan kita, seringkali kita merasa tersinggung. Oleh sebab itu, kita harus berusaha mengendalikan emosi. Jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, namun dengan kebaikan. Pada waktu diejek, jangan mengutuk, memukul, menampar, menonjok, mengeluarkan kata-kata kotor, dan sebagainya. Hal pertama yang harus dilakukan ketika perasaan kita dicampur aduk oleh orang yang menyebalkan adalah menenangkan hati. Setelah itu berdoa mohon kesabaran dari Tuhan, menasihati orang kejam itu secara sopan, dan mendoakan orang tersebut agar ia dapat bertobat. Menasihati orang secara sopan dan terbuka itu lebih baik daripada hanya membiarkannya, membalasnya, memukulnya, atau menggosipkannya di belakang karena nasihat bisa membuat orang lain memperbaiki dirinya. Bayangkan saja kalau kejahatan dibalas dengan kejahatan itu tidak akan pernah berujung, selalu ada kelanjutan dari perseteruan itu dan balas dendam. Selain itu, cap negatif dari orang jahat itu terhadap kita akan semakin buruk. Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah cuma menambah dan memperbesar konflik saja. Orang yang disakiti juga akan menyakiti orang-orang lain yang tak bersalah akibat emosi yang meluap-luap dari hatinya.
3.      Jangan memanggil orang lain dengan julukan berdasarkan SARA
Hal ini mungkin tidak bermasalah bagi beberapa orang karena kedekatan atau canda gurau saja. Namun, julukan dapat pula menyinggung perasaan orang lain. Misalnya, orang tertawa sambil memanggil seseorang yang belum terlalu dekat dengannya dan berkata “orang kaya baru” atau “orang China bermata sipit”. Orang yang dipanggil sembarangan itu dapat tersinggung perasaannya jika orang tersebut memiliki perasaan yang sensitif. Bahkan ada kemungkinan ia langsung mengungkapkan perasaan marahnya dan bertengkar dengan orang yang memanggilnya dengan julukan itu. Sedekat apapun hubungan kita dengan seseorang, sebisa mungkin jangan menyinggung atau memberi julukan berkaitan dengan masalah SARA ini agar tidak melukai hatinya.
4.      Jangan menghakimi dan berpikiran negatif tentang suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda
Saat menjumpai beberapa orang dari golongan tertentu yang memiliki sifat buruk sama, jangan pernah menghakimi atau menghina golongan tersebut. Sebagai contoh, orang kaya di sekitar rumah Anda semuanya suka membuang sampah sembarangan. Lalu Anda langsung menyimpulkan bahwa orang kaya itu tidak bertanggung jawab. Hal ini tidak boleh dilakukan karena tidak semua orang seperti itu. Kesimpulan yang didapat tidak menyeluruh, tapi hanya dari sudut pandang Anda saja. Masih ada banyak orang kaya yang bertanggung jawab dan membuang tempat sampah pada tempatnya. Itu adalah pandangan subjektif yang tidak adil dan sangat picik dengan menyamaratakan orang lain berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
Dengan menghakimi orang lain, berarti merasa lebih baik darinya padahal semua orang sama-sama pernah berbuat dosa dan memiliki kelemahan. Orang yang suka menghakimi orang lain adalah orang yang sombong dan tidak menghormati Tuhan. Menghakimi itu hak khusus Tuhan saja, bukan manusia. Dengan memandang rendah dan menghakimi orang lain berarti sama dengan mengambil alih kekuasaan Tuhan. Padahal bagaimanapun juga, hak Sang Pencipta Yang Kudus dan Sempurna tidak bisa diminta oleh manusia yang penuh noda. Jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain dan membesar-besarkan nya, tetapi introspeksi diri sendiri terlebih dulu. Apakah ada tindakan kita yang salah sehingga membuat orang lain membenci kita. Jika ada, perbaiki karakter pribadi dan jadi orang yang lebih bijaksana.  Ketika ada orang dari suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda, bertemanlah dengan orang tersebut. Jangan pernah menjauhi dan membeda-bedakan orang. Jangan pula membanding-bandingkan antara suku, agama, ras, dan golongan satu dengan yang lainnya. Tiap suku, agama, ras, dan golongan memiliki keunikan, kelebihan, dan kekurangan masing-masing.
5.      Jangan memaksakan kehendak pada orang lain
Pemaksaan yang saya maksud di sini, khususnya berkaitan dengan agama. Ada orang yang berpikir bahwa ia memeluk agama yang terbaik. Mungkin memang benar demikian. Jika ingin bersaksi tentang iman di agama tertentu boleh-boleh saja. Hal ini sering saya dan teman-teman saya lakukan. Namun yang salah adalah jika seseorang memaksakan kehendak pada orang lain untuk memeluk agamanya dengan menjelek-jelekkan agama lain. Jika orang lain mau percaya, itu bagus. Namun bila tidak percaya pun juga tidak menjadi masalah. Bersaksi bukan keberhasilan mengajak orang masuk agama tertentu tapi bersandar pada Tuhan yang mampu mengubahkan hati. Selain itu, kita juga menceritakan tentang kebenaran firman Tuhan baik dari Kitab Suci maupun pengalaman rohani. Jangan pernah memaksakan kehendak pada orang lain, apalagi dengan melakukan pengancaman, pengeboman, penyogokan, teror, kekerasan, dan lain-lain. Semua itu hanya akan memperkeruh suasana. Tuhan tidak ingin umat Nya saling menghancurkan sebab kejahatan dan pemaksaan itu juga pasti meremukkan hati Tuhan yang sangat memperhatikan umat Nya.
6.      Menghormati dan mengasihi orang lain
Apakah Anda ingin dihina oleh orang lain? Saya percaya tidak ada orang yang ingin dihina dan disepelekan. Oleh sebab itu, kita harus menyadari akan hal ini. Jangan menghina dan menjauhi orang lain bila Anda tidak mau dihina dan dijauhi. Jangan menyuruh-nyuruh orang lain jika Anda tidak ingin disuruh-suruh. Jangan memukul orang kalau tidak mau dipukul. Jangan pamer dan menyombongkan kelebihan diri jika Anda tidak suka orang yang suka pamer. Seorang pelukis yang lukisannya diinjak-injak akan sedih karena hasil karyanya diremehkan, padahal ia telah berjuang keras untuk membuat karya terbaik. Jangan memperlakukan orang lain secara kasar karena itu bukan hanya menyakiti hati sesamamu, melainkan juga hati Tuhan yang telah menciptakan manusia. Hormati dan kasihi orang lain seperti menghormati dan mengasihi diri sendiri dan juga Sang Pencipta kita. Maafkan dan ampuni orang yang bersalah pada kita walaupun mereka tidak minta maaf. Ini memang sulit. Tetapi tetaplah beriman bahwa bersama Tuhan, tidak ada yang tak mungkin asal hati kita benar-benar mau tulus mengasihi sesama dan menyenangkan hati Nya. Tiap ada kemauan untuk damai, salalu ada jalan.
7.      Melakukan dan memikirkan hal-hal positif secara bersama-sama
Satu hal penting yang wajib diingat oleh setiap warga Indonesia adalah: keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan itu memperlengkapi kesatuan Indonesia. Jika tubuh hanya terdiri dari mata saja, tubuh tidak dapat melakukan aktivitas lain selain melihat. Demikian pula dengan bangsa ini. Jika hanya terdiri dari satu suku saja, maka terasa kurang lengkap dan miskin budaya. SARA seharusnya semakin memperkaya budaya negeri kita tercinta dan jangan sampai memecahkan persatuan yang telah terbina selama ini. Berpikirlah positif terhadap suku, agama, ras ,dan golongan lain. Mari kita lakukan hal-hal positif seperti ramah tamah dengan banyak orang, diskusi kenegaraan, bakti sosial, dan gotong royong bersama-sama dengan orang-orang dari suku, agama, ras, dan golongan yang sama maupun berbeda. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat memupuk semangat nasionalisme, rasa kekeluargaan, dan kebersamaan antar masyarakat Indonesia.




BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan

Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan bersama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia   yang   merupakan   puncak   tertinggi   dari   kebudayaan-kebudayaan   daerah. Kebudayaan nasional sendiri memiliki banyak bentuk karena pada daasarnya berasal dari jenis dan corak  yang beraneka ragam,  namun  hal itu bukanlah menjadi masalah karena dengan hal itulah bangsa kita memiliki karakteristik tersendiri.
Untuk memelihara dan menjaga eksisitensi kebudayaan bangsa kita, kita bisa melakukan banyak hal seperti mengadakan lomba-lomba dan seminar-seminar yang bernafaskan kebudayaan nasional sehigga akan terjagalah kebudayaan kita dari keterpurukan karena persaingan dengan budaya luar. Dan dalam menyikapi keberagaman yang ada kita harus bisa bercermin pada inti kebudayaan kita yang beragam itu karena pada dasarnya segalanya bertolak pada ideology pancasila.
Untuk menghadapi dampak negatif keberagaman budaya tentu perlu dikembangkan berbagai sikap dan paham yang dapat menikis kesalahpahaman dan membangun benteng saling pengertian.  Gagasan  yang  menarik  untuk  diangkat  dalam  konteks  ini  adalah multikulturalisme dan sikap toleransi dan empati.



DAFTAR PUSTAKA



Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta : UI Press

Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan 




https://www.kompasiana.com/priskiladewisetyawan/55186dc2813311cb669def6d/upaya-mengatasi-konflik-sara-di-indonesia

http://dwinandini1213.blogspot.com/2017/01/permasalahan-keberagaman-masyarakat.html

0 komentar:

Post a Comment

Next Prev
▲Top▲